Monday, April 27, 2009

SOMETHING HAPPEN WITH A REASON

Hidup itu memang adil. Ada suka pasti ada duka. Ada kaya juga ada miskin. Ada yang baik pasti juga ada yang jahat. Seiring bertambahnya usia, membukakan mata saya bahwa hal-hal yang saya anggap hanya terjadi didunia televisi (baca: sinetron), mungkin saja terjadi di dunia nyata. Karena segala sesuatu yang dituangkan di televisi itu pada dasarnya mengacu pada kejadian yang nyata.

Something happen with a reason. Saya percaya itu.

Dulu waktu SMU saya menghindari yang namanya akuntansi dan hal-hal yang berbau pelajaran ekonomi. Susah aja rasanya bagi saya melakukan perhitungan ekonomi. Ngitung modal, debit, kredit, uaaaang yang imajiner, aduuuh.. mending yang matematik deh, sekali ngitung turunan, dapet hasilnya udah deh selesei. Ga ada sambungannya. Lah kalo ekonomi atau akuntansi? Duuh berantai deh ga slesei-slesei.. makanya kenapa saya lebih milih jurusan IPA ketimbang IPS, dan lebih tak gentar menghadapi Kimia, Biologi, Fisika, Matematika. Walaupun akhirnya saya enekgh juga sama mereka semua!! hahha.. Dan akhirnya saya memutuskan lanjut ke kuliah yang ga ada urusannya sama sekali dengan ekonomi akuntansi dan berbau Biologi atau Fisika. Enough!!! Hehe.. Akhirnya sukseslah saya masuk fakultas Ilmu Komunikasi.

Tapi ternyata beberapa tahun kemudian, mau tidak mau saya memang harus belajar ilmu ekonomi, pembukuan, ngurus keuangan, dll. Dan saya rasakan ilmu itu memang berguna bagi saya saat ini. Saya menjadi tidak kaget lagi menghadapi dunia “pekerjaan yang sesungguhnya”.

Saya termasuk orang yang kaku. Susah untuk mengakrabkan diri sama orang. Ga bisa bermanis-manis dengan mereka.

Awalnya..

Tapi saya belajar dari teman-teman yang luwes dan bisa menghadapi berbagai karakter orang. Belajar bagaimana bersikap ketika menghadapi orang yang lebih tua, seumuran, bahkan dengan anak kecil sekalipun. Lebih-lebih saya awalnya sama sekali tidak bisa berinteraksi dengan anak kecil. Tapi kembali lagi ke filosofi something happen with a reason tadi, bahwa saya – yang entah kenapa ditempatkan di Bandung, padahal lahir di daerah yg cukup jauh dari tempat saya tinggal sekarang – memang punya maksud kenapa kuliah di fakultas komunikasi. Tentu saja untuk memperbaiki komunikasi saya yang terbilang buruk waktu itu. Di kampus saya, saya banyak bertemu orang-orang yang luwes, supel, talkative, berbakat deh pokonya, pandai berorasi dan mampu menghadapi berbagai karakter orang. Karena memang kita dituntut untuk seperti itu. Pandai berkomunikasi.

Sedikit dapat ilmu dalam berkomunikasi dan mengenal beragam karakter orang, saya ditempa di suatu tempat yang waktu itu dilabeli dengan istilah job training. Latihan kerja.

Dan memang disitu, dalam pelatihan itu, saya merasa bahwa banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang saya dapat. Untuk pertama kalinya saya benar-benar merasa bahwa yang kuat itu yang akan menang. Yang kuat itu yang akan bertahan. Dan dari sini pula saya mempelajari bahwa jangan terlalu percaya atau sayang sama orang karena sometimes dia bisa jadi orang yang kita benci. Begitu pula sebaliknya, jangan terlalu benci sama orang karena mungkin saja kita akan memerlukan dia/mereka dalam hidup kita.

Jadi kalo mengutip kata temen gw sih, “jangan jadi diri sendiri deh kalo di kantor, kalo lo orangnya gila, mending gilanya entar aja diluar kantor. Bisi piomongeun!!”. (hehe, maaf ya buat yang ga ngerti).

Dan saat ini saya merasa harus menempa diri saya dengan meyakinkan diri bahwa apa yang saya alami dan kerjakan saat ini pasti bermaksud baik bagi diri saya dikemudian hari. Dan saat ini saya belum tau apa. Tapi saya sangat percaya itu akan baik buat saya. Karena itu tadi, something happen with a reason.

No comments: