Saturday, August 07, 2010

Bukan Benci

Tolong dimengerti. Semua yang aku lakukan saat ini karena aku sayang. Mungkin terlalu sayang. Baru merasakan apa yang dibilang orang : "kalau sayang jangan terlalu, hidup jangan serba terlalu". Ternyata begini efeknya. Memang tidak baik. Bagiku dan bagimu juga. Terasakan efeknya? Aku begini karena aku terlalu sayang. Sayang yang membuat aku lupa rasa kecewa, kini kau ingatan lagi. Bahwa sakit dan kecewa akan selalu ada diantara kita. Aku lebih baik diam, karena jika aku bicara kita akan semakin sakit. Tolong dimengerti, aku bukan benci. Mungkin hanya butuh waktu untuk membenarkan segalanya..

Friday, August 06, 2010

Sebuah Renungan

Di sudut itu lagi. Tempat yang asyik bagi saya untuk benar-benar merasa “tersudut”, dan memikirkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup berdasarkan kenyataan masyarakat sub urban. Sudut itu terpaksa menjadi tempat favorit saya. Dimana ada kesempatan, saya pasti berusaha menyudut. Gak ada matinya deh. Di sudut itu saya bisa tertidur, melamun, berkhayal, bernyanyi, tersenyum, bahagia, dan bersedih, kesal serta kemudian tersadar bahwa dibutuhkan toleransi untuk menjadi manusia sosial. Di sudut angkutan umum. Pagi ini sudut itu sudah terisi. Oleh lelaki. Sudah renta. Dia membawa banyak hasil kerajinan tangan terbuat dari bambu. Ada tampah, boboko, kipas. Saya jadi teringat sebuah adegan dalam sebuah reality show di televisi. Bapak tua ini mungkin dari dusun pedalaman Bandung atau Sumedang. Sejauh itu menempuh perjalanan untuk menjual hasil kerajinan tangannya. Saya memikirkan apakah barang-barang tersebut laku dijualnya nanti. Bagaimana dia makan. Bagaimana dia pulang. Tubuhnya sudah bungkuk. Kemana yah anaknya? Sedih. Di sudut itu kita pasti menemukan beragam peristiwa yang benar-benar “hidup”. Itulah kehidupan. Gak selamanya benar-benar indah. Yang benar adalah berusaha. Berusaha untuk mengisi hidup. Sebenernya masih agak susah bagi saya untuk menerima bahwa saat ini saya memasuki usia yang matang. Matang dalam arti lahir dan bathin. Matang cara berpikir dan bertindak. Dewasa dalam menyikapi segala hal. Tapi sekarang seperti terjebak dalam mind set itu. Bahwa saya sudah cukup matang dan harus menyikapi segala permasalahan dengan arif dan bijaksana. Menjadi dewasa ternyata melelahkan. Segala sesuatu harus dipikirkan. Ketika ada kekecewaan sedikit, jadinya malah uring-uringan. Eh, atau malah saya aja yang menganggap segalanya terlalu sulit? Yang saya rasakan sekarang adalah selalu membutuhkan si dia untuk berkeluh kesah. Padahal saya sadar kalau keluhan itu sangat menyebalkan untuk di dengar. Untuk semua mahluk yang hidup. Mari membuat hidup lebih hidup, dengan berusaha mengisi dengan sesuatu yang bermanfaat, membantu sesama, berempati pada semua yang mereka rasakan dan jangan meratapi hidup jika kalian belum beruntung. Mungkin Tuhan masih ingin melihat sejauh mana kesabaran kalian. Saat ini saya baru menyadari makna mencintai manusia di jalan Allah. Bahwa segalanya Dia yang mengatur, Dia yang beri perlindungan dan kekuatan. Selalu memintalah pada-Nya. Beri kedamaian di bumi ini. Amin.

Tips Green Living Sederhana

TEMPO Interaktif, Jakarta - Orang yang peduli terhadap lingkungan hidup namun merasa tidak menjadi bagian dari sistem yang bekerja untuk kelestarian lingkungan tampaknya perlu menoleh sejenak ke belakang. Beberapa hal sederhana soal gaya hidup dan sama sekali tidak baru perlu kembali dilihat dan diterapkan, kalau sudah ditinggalkan, sehingga kalangan awam bisa memberi sumbangan yang besar bagi pelestarian lingkungan bila diterapkan orang banyak. 1. Gunakan transportasi yang tidak menimbulkan pencemaran udara. Tips pertama dan paling sulit. Itu tidak mungkin dilakukan 100 persen di kota besar, tapi minimal anda bisa mengurangi penggunaan motor dan mobil untuk perjalanan pendek. Anda tidak butuh mobil untuk mengajak kucing anda keliling kompleks bukan? 2. Pakai cangkir dan tempat makan anda sendiri saat ke kantor atau bepergian, jangan selalu pakai kemasan makan yang sekali pakai lalu dibuang bila tidak terpaksa. 3. Gunakan serbet dan kurangi penggunaan kertas tissue atau paper towel sebanyak mungkin. Semakin banyak kertas yang anda gunakan semakin banyak pohon yang dirajang menjadi bubur. Ini berlaku juga untuk popok bayi. Kalau sedang di rumah pilihlah yang bisa digunakan berulang kali, bukan yang sekali pakai. 4. Cabut kabel peralatan listrik saat tidak digunakan. Kabel yang tercolok menyerap arus seberapapun kecilnya. Semakin besar konsumsi listrik semakin banyak batu bara, bahan bakar minyak dan sumber energi lain yang dibakar untuk memasok listrik. 5 Gunakan produk pembersih yang ramah lingkungan. Butuh pengetahuan untuk mengetahui kandungan bahan kimia berbahaya dalam sebuah produk yang tidak selalu bisa diverifikasi, tapi anda bisa memilih produk dengan kadar formalin, plastik, organoklorin, pestisida, dan Alkylphenolethoxylates yang paling rendah di antara pilihan yang tersedia. Perhatikan label peringatan: Caution (hati-hati) memiliki tingkat bahaya paling rendah, kemudian Warning (awas), dan yang paling fatal Danger (bahaya). 6. Beli barang bekas. Poin ini sangat mungkin tapi belum tentu semua mau melakukannya. Pasar loak sekarang tidak hanya ada di trotoar atau garasi ruamh orang, bahkan Amazon sudah punya "rak" untuk buku, cakram digital musik dan video bekas. Kenapa tidak? 7. Beli makanan organik, atau tanam sebanyak mungkin sesuatu yang bisa anda makan sendiri di lahan yang anda punya, dan berhenti merokok.